INDRAMAYU, BRITAIN – Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, selama ini lebih dikenal sebagai daerah pesisir dan juga daerah pertanian. Tapi siapa sangka, Indramayu ternyata juga memiliki potensi besar di bidang usaha batik.
Usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bidang batik bahkan sudah mulai merambah mancanegara. Kalau sebelumnya baru menembus sejumlah kota seperti Bandung dan Jakarta. Sekarang sudah terbang ke Jepang, Swiss, Turki hingga Belanda. Bukan dibawa Patrick Kluivert tentunya.
Produk batik asal Indramayu yang sedang berkembang adalah Batik Complongan. Batik ini memiliki ciri khas dan tidak ditemukan di daerah lain. Karena sudah terdaftar sebagai produk indikasi geografis. Tentunya sudah memiliki sertifikat HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).
Batik Complongan merupakan batik khas Indramayu, yang terkenal dengan motif lubang jarumnya yang unik. Dinamakan “Complongan” karena berasal dari kata complong (melubangi). Teknik pembuatan Batik Complongan adalah membuat titik-titik lubang pada kain yang sudah di batik sebelum diwarnai, menggunakan deretan jarum khusus.
Hasilnya, teknik ini menciptakan tekstur khas dan estetika yang tinggi. Menarik, artistik dan estetik. Motif Batik Complongan dipengaruhi alam sekitar, terutama nuansa pesisir Indramayu, dengan motif-motif seperti ikan, kapal kandas, sisik ikan, dan beberapa motif lain.
Pemilik batik “Indra Majoe” Indramayu, Jawa Barat, Indra Susilo mengungkapkan, saat ini produk Batik Complongan sudah merambah sejumlah kota di Indonesia. Bahkan luar negeri. Selain dipasarkan di Indramayu, juga sudah menembus Jakarta, Tangerang, hingga Bandung. Sementara untuk luar negeri sudah sampai ke Jepang, Belanda, Swiss hingga Turki.
Batik Indra Majoe beralamat di Jl Raya Terusan RT 005 RW 002 Desa Terusan, Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Bagi pengoleksi batik tentunya bisa datang langsung ke lokasi.
Selain itu, Batik Indra Majoe juga melakukan penjualan secara online, serta sering mengikuti berbagai pameran. Baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Kualitas tinggi yang dihasilkan melalui tangan-tangan terampil, membuat Batik Complongan memiliki nilai jual tinggi. Batik tulis yang berbeda dengan batik biasa pada umumnya.
“Proses pengerjaan Batik Complongan memang makan waktu lama, antara dua minggu hingga dua bulan untuk 1 lembar kain ukuran 240-260 cm x 105 cm, ” jelas Indra, Sabtu 25 Oktober 2025.
Sebagai sebuah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), batik Indra Majoe saat ini memiliki 15 orang pekerja, terdiri dari pria dan wanita. Mereka rata-rata sudah berpengalaman dalam dunia perbatikan.
“Untuk tenaga kerja kita banyak memberdayakan tenaga kerja lokal. Mereka, para ibu-ibu, pada umumnya sudah berpengalaman,” ungkapnya.
Manajer batik Indra Majoe, Eha Soleha menambahkan, Batik Complongan memang merupakan produk andalan dan cukup diminati. Terutama untuk pasar luar negeri. Meski harganya lebih mahal dibandingkan batik biasa, tapi mereka suka.
Harga satu lembar kain Batik Complongan antara Rp750 ribu sampai Rp3,5 juta. Sedangkan untuk produk lain seperti batik cap harganya antara Rp125 ribu – Rp500 ribu. Jadi jangan heran kalau saat ini omset batik Indra Majoe menembus Rp50 juta hingga Rp150 juta dalam satu bulan. Cukup fantastis.
Menurutnya, batik Indra Majoe yang memiliki khas Complongan, sekarang tidak hanya bersaing di tingkat nasional, namun juga di level internasional. Peminatnya juga semakin banyak dari waktu ke waktu.
Sementara Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jawa Barat melakukan pendampingan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) potensial guna memperkuat ekspor provinsi tersebut
Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar, Muslimin Anwar dalam acara Kick Off West Java Economic Society (WJES) 2025 di Bandung, dikutip Antara mengatakan, dalam usaha tersebut, sejauh ini sebanyak 15 UMKM fashion telah difasilitasi untuk belajar di ESMOD Jakarta yang merupakan institusi pendidikan fashion, dari 200 UMKM yang dikurasi, untuk bisa ekspor produknya.(oet)









